Menguji lahan tidak perlu menggunakan alat-alat mahal, cukup dengan benih dan bibit yang ada di tangan. Step ini sering sekali terlewatkan bagi para petani pemula. Padahal, banyak sekali yang bisa kita pelajari pada tahapan ini. Kali ini kami ingin berbagai tentang apa yang kami lakukan di Kebun Pondok Al Itqon yang berlokasi di Bugen, Kota Semarang.
Lahan ‘brangkal’ atau tanah urugan yang biasanya terdiri dari material-materian batuan, hingga tumpukan sisa bangunan, bukan lagi hal asing bagi kami. Wilayah eksplorasi kami yang didominasi oleh lahan perkotaan, membuat kami kerap diminta mengolah lahan jenis ini. Berbekal dengan pengalaman ‘No Gid Gardening’ kami mulai mengolah lahan Ponpes.
Berbekal PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria), kami mengolah dengan menambahkan lapisan tanah pada bedeng, ‘debog’ pisang, pupuk kandang dari kandang kambing deket lokasi kebun. Setelah satu bulan berselang, lahan bisa dikatakan ‘siap’ untuk kita tanami, namun tidak semua jenis tanaman bisa kita tanam.
Ada banyak yang perlu kita idetifikasi mulai dari hama tanaman, sejarah penyakit tanaman, model perawatan, hingga menentukan jenis tanaman yang paling cocok di lahan tersebut. Tes lahan juga memaksa kita untuk tidak banyak berharap di kapasitas panen, karena ini merupakan percobaan pertama yang biasanya menemukan banyak rintangan.
Utamakan bibit yang ekonomis, serta relatif mudah dalam perawatannya. Utamakan juga tanaman lokal sehingga dia mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kami mulai membuat bedeng khusus refugia yang kami tanami bunga matahari dan bunga zinia, dengan bedeng khusus herbs lokal, dan bedeng-bedeng produksi yang ditanamani cabe, tomat, dan sayur daun.