Halo sobat berkebun! mungkin sobat kerap mendengar beberapa penggiat berkebun mengulas hal ini. Kucing sebagai hewan peliharaan populer yang ada di Indonesia memang kerap kalau dipertanyakan terkait feses dan pengaruhnya pada kesehatan tanaman di kebun. Di dalam Komunitas Teman Berkebun, para mitra serta pelanggan jasa dan barang kami juga banyak mempertanyakannya.
Kucing seperti halnya hewan karnivora lainnya, berpotensi untuk menyebarkan virus dan bakteri dikarenakan asupan makanan di alam yang mereka konsumsi. Kucing sangat menyukai tanah yang lembut sehingga mudah bagi mereka untuk menggali toilet mereka. Tidak hanya pada tanaman, kotoran kucing merupakan ancaman juga bagi kesehatan manusia karena parasit toksoplasmosis kerap bersarang di dalam kotoran kucing.
Tidak hanya parasit toksoplasmosis yang selalu jadi biang kerok pemicu ‘keguguran janin’, kotoran kucing dan beberapa hewan peliharaan seperti anjing, juga berpotensi menyebarkan beberapa bakteri seperti E-coli penyebab gangguan pencernaan, hingga salmonella yang sering dikaitkan dengan penyebab tipes.
Pada dasarnya, kotoran hewan memiliki kandungan nitrogen, phospat, dan potasium seperti halnya kotoran hewan ternak seperti sapi dan ayam. Namun semakin beragam asupan makanan pada hewan, makan semakin beragam populasi bakteri yang ada di dalam pencernaannya. Membutuhkan beberapa proses ‘hot composting’ yang baik dan optimal yang lama. Dengan teknik itu pun belum ada pihak yang dapat memastikan kalau kita dapat benar-benar dapat membunuh bakteri yang tidak diperlukan di lahan. .
Lagi-lagi konsentrasi bakteri dan parasit yang ada pada kotoran hewan karnivora inilah yang jadi biang kerok tanaman-tanaman kita tidak dapat tumbuh dengan baik. Sehingga, tindakan langsung perlu dilakukan apabila memang kita memilih melepaskan hewan peliharaan kita di kebun yang sedang kita kerjakan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang disarankan:
- Buang kotoran kucing yang ditemukan di sekitar lahan apalagi yang ada di bedeng yang sedang kita pergunakan untuk penanaman sesegera mungkin
- Bersihkan peralatan kebun yang berpotensi menyebarkan bakteri dan parasit dengan air mengalir untuk menekan penyebaran
- Apabila memungkian ganti media tanam dengan media tanam yang baru untuk menyelamatkan tanaman yang tumbuh di pot atau bedeng yang sudah terkontaminasi.
- Penggunaan sarung tangan sangat disaran apabila anda terpaksa untuk memindahkan secara langsung feses ke tempat yang aman
- Apabila kita tidak memungkinkan untuk mengganti tanah atau media tanam, berikan lapisan nutrisi tambahan seperti mulsa, dan kompos padat serta menambahkan populasi bakteri aktif (contoh: PGPR) sehingga populasi bakteri yang tidak diperlukan dapat ditekan
Lalu bagaimana untuk menanggulangi hewan peliharaan kita masuk ke area kita berkebun? Berikut ini adalah tipsnya:
- Tutup bedeng kita dengan mulsa yang cukup tebal. Lapisan mulsa membuat kucing malas untuk menggali tanah untuk membuang feses mereka
- Memagari bedeng atau pot kita dengan kawat ayam, biasanya kucing akan malas untuk melewati pagar kawat dan lebih memilih untuk mencari tempat terbuka yang lebih leluasa mereka membuat lobang toilet mereka.
- Tanaman beberapa tanah dengan bau yang tidak disukai oleh kucing seperti daun rue, mint, lemon thyme dan lavender
- Sediakan kotak toilet khusus untuk kucing sehingga dia dapat dilatih untuk hanya membuang feses mereka di tempat tersebut.
Lalu apakah peran kucing serta anjing sesungguhnya di kebun? Pada dasarnya kucing, terutama anjing, dapat dilatih untuk berperan sebagai penjaga kebun, tentunya manusia harus memiliki andil besar untuk melatihnya agar kebiasaan di kebun tidak malah membuat kebun kita menjadi turun produktivitasnya. Indera penciumannya yang kuat dapat menjadi alarm alami apabila kebun kita mendapatkan ancaman dari para predator perusak kebun atau ancaman bagi hewan ternak yang kita budidayakan.