Saat kita berniat untuk berkebun, sering kita membayang beberapa ketakutan yang tidak perlu.. Seperti kalau nanti tanamannya mati bagaimana? kalau nanti saya ndak sempat nyiram bagaimana? kalau saya enggak bisa merawat bagaimana? Ketakutan ini terus berlanjut sampai akhirnya keinginan berkebun di lahan kita tidak kunjung terwujud. 

Kamis pekan lalu (21/04), Teman Berkebun bekerjasama dengan kebun mitra kami Kebun Qita milih Mba Arina Molitha mengadakan acara yang bertajuk “Ngebunburit, Ngebun Sambil Ngabuburit”. Ini adalah Kelas Berkebun reguler yang kami adakan di dalam nuansa Bulan Ramadhan. Tema yang ringan kami ambil agar pesan yang kita ingin sampai dapat mudah dipahami oleh peserta. 

Kebiasaan berkebun, tidak selayaknya ditempatkan sebagai beban. Apabila kita merasa terbebani dengan kegiatan ini, berarti ada satu tahapan yang mungkin kita lewati pada saat kita mulai merencakan kebun yang kita inginkan. Proses perencanaan sering kali dikesampingkan, karena halayak terbiasa dengan pasrah pada ‘apa kata penjual tanaman’. 

Bedeng Yang Dibuat dari Limbah Butik

Jadikan Berkebun Sebagai Solusi 

Kegiatan berkebun sebenarnya bisa menjadi solusi bagi permasalahan yang kita temukan di sekitar rumah kita. Namun untuk hal ini, kita perlu sedikit lebih peka dengan lingkungan sekitar kita. Luangkanlah beberapa menit untuk berkeliling rumah anda dan melihat apa saja yang perlu diperbaiki dan mana yang perlu ditingkatkan. 

Permasalahan limbah anorganik mudah sekali kita temukan di sejauh mata memandang. Gelas plastik bekas anak kita beli kopi susu, sampai box makanan yang selalu memenuhi tong sampah kita akibat seringnya kita order makanan via aplikasi daring akhir-akhir ini. Padahal, keduanya dapat menjadi tempat tanam yang baik di lahan sempit perkotaan. Di atasnya bisa kita tanami mulai daun mint untuk keperluan ngeteh kita, hingga rempah-rempah eropa mulai dari Thyme hingga Rosemary. 

Aktifitas rumah tangga di dapur juga kerap menyumbang sampah organik yang cukup besar di wilayah perkotaan. Padahal semua sampah organik tersebut memiliki kandungan nutrisi yang cukup untuk dimanfaatkan untuk tanaman budidaya. Alih-alih melihatnya sebagai permasalahan, kami lebih melihat ini sebagai potensi bio massa yang bisa kita tangkap untuk menyuburkan kebun kita nantinya dengan aktifias fermentasi atau pembusukan. 

Pembuatan ‘parit kompos’ seperti yang dipraktekkan di lahan Kebun Qita, adalah salah satunya. Parit Kompos adalah salah satu teknik penyediaan nutrisi dalam jangka panjang. Penting untuk kita memperhatian jenis mikroba apa yang kita gunakan untuk memastikan proses pembusukan tidak terjadi terlalu cepat.

Selain itu pilihan instalasi juga sangat mempengaruhi untuk lahan terbuka kami sarankan menggunakan kayu atau bambu. Sedangkan yang ada di Kebun Qita, mereka menggunakan bekas kaleng cat yang juga sejalan dengan misi penyelamatan limbah yang kita bahas di atas. 

Mba Arina Molita sebagai owner dari Kebun Qita, pada masa sebelumnya sempat mempraktekan teknik budidaya hidroponik sejak awal pandemi. Belakangan beliau mengajak kami untuk membenahi kebun beliau, untuk ditransisikan sebagai kebun permakultur. 

Bak bekas instalasi wick system hidropnik kami sulap menjadi wicking beds persis yang kami terapkan di kebun mitra kami di Spiegel. Namun ketinggian dari bedeng ini tidak bisa lebih tinggi karena kami menggunakan ukuran aslinya. Sehingga stragegi yang selanjutnya diterapkan adalah, dengan memilih komoditas yang tidak memerlukan bedeng yang terlalu dalam. Di Kebun Qita kami menjatuhkan pilihan pada tanaman herbs eropa seperti mint, mentol, rosemary dan tarragon. 

Instalasi Parit Kompos di Kebun Qita

Tentukan Komoditas Yang Kamu Perlukan

Sudah dibahas di atas, bahawasanya permasalahan yang ada di sekitar kita, perlu kita ubah menjadi potensi sehingga adanya kegiatan berkebun di tabel aktifitas rutin kita, tidak lantas membebani kita, apalagi kalau kita adalah petani pemula. Dengan menjadikan ini sebagai titik pijakan awal, kita dapat mempersiapkan segala kemungkinan yang mungkin menjadi tantangan kita kedepannya. 

Selanjutnya, tentukan komoditas yang paling anda butuhankan. Mulai dari makanan apa yang sering kita masak di rumah kita. Dari situ kita dapat mengurutkan mana yang paling sering kita butuhkan hingga yang kurang di butuhkan, mulai dari yang paling banyak dibutuhkan hingga yang paling sedikit dibutuhkan. Karena ini juga akan mempengaruhi kalender tanam hingga penataan letak lahan tanam. 

Untuk menjunjang poroduktifitas lahan, kita perlu mempertimbangkan bebrapa tanaman sekunder yang berfungsi sebagai bagian dari support system. Selain berfungsi sebagai refugia atau penangkal hama tanaman, tanaman pendamping tanaman utama dapat digunakan sebagai pilihan kedua apabila tanaman utama menemui masalah yang mengakibatkan masa panen yang kurang maksimal. 

Kelas Berkebun pekan ini akan masuk ke bagian II dengan tajuk yang masih sama “Ngebunburit”. Kali ini kita akan belajar apa saja yang perlu kita siapkan untuk memulai kegiatan berkebun di rumah. Mulai dari media tanam seperti apa yang ideal hingga jenis tanaman apa saja yang dapat kita tanam di kebun kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *