
Memulai Eksperimen Media Tanam di Kebun Strawberry
Beberapa pekan kedepan, kami mempersiapkan salah satu sudut kebun rembes yang berdampingan dengan resto Kopi Kebun untuk ditanami strawberry. Tanaman ini identik dengan daerah dingin. Kebun rembes adalah lahan pertanian daratan menengah yang memiliki iklim mikro peralihan antara daerah yang hangat dan sejuk. Suhu siang hari relatif lebih sejuk karena ekosistem perkebunan karent yang masih cukup terjaga di sekitarnya. Kondisi ini berkontribusi pada suhu yang relatif lebih sejuk namun dengan kelembaban yang cukup tinggi. Sedangkan, tanah merah yang identik dengan tempat ini sebenarnya bukan lokasi yang ideal untuk tanaman ini.
Ide kami menanam komoditas ini adalah semata-mata untuk memperkaya jenis tanaman di kebun ini. Pada satu bulan yang lalu kami memulai untuk meriset komposisi media tanam seperti apa yang cocok untuk tanaman ini dengan iklim kebun rembes. Ada beberapa komposisi yang kami ujikan dengan mengandalkan media tanam yang kami produksi, sekam bakar, pupuk kandang unggas yang kami dapat dari peternakan ayam yang tidak jauh dari kebun. Tidak lupa juga kompos dari bahan-bahan organik yang kita panen dari alam sekitar.
Bibit strawberry kami ambil daerah daerah dataran rendah di di salah satu kebun dampingan kami di Kota Semarang. Bibit yang sudah melawati adaptasi di daerah panas setidaknya dapat membantu tanaman ini beradaptasi dengan iklim daratan menengah seperti di Mijen. Seiring dengan kebutuhan akan komoditas ini, petani perkotaan pun tidak mau kalah untuk ikut membudidayakannya dengan beragam kondisi dan tantangannya.
Lokasi kebun strawberry sudah selesai kami siapkan seama kurang lebih 3 bulan terakhir sejak november tahun lalu. Beberapa bedeng yang telah mucul, dibuat sealami mungkin agar kebun ini kelak dapat memunculkan bakat alaminya untuk menopang kehidupan yang kita hadirkan di lokasi ini.

Beberapa tanaman kami pilih berdasarkan data lapangan sehingga tanaman – tanaman ini dapat dengan harmonis tumbuh dan saling menopang satu sama lain. Tanaman strawberry kami nantinya akan hidup berdampingan dengan marigold, zinia, rosemarry dan daun mint serta tanaman kacang-kacang berserta tanaman rempah lokal.
Komposisi media tanam yang kami uji cobakan adalah 1 porsi media tanam lokal dengan 1 porsi pupuk kandang ayam, 1 porsi pupuk kandang ayam dengan 2 porsi media tanam lokal, serta media tanam yang menggunakan full media tanam lokal. Bibit strawberry yang kami siapkan kami letakkan di lokasi dengan sinar matahari yang cukup (Minimal 8 jam). Penyiraman cukup sehari sekali untuk menjaga kelembaban tanah dan agar tidak terlalu becek karena kita sudah ada di pertengahan musim penghujan.
Berdasarkan pantauan kami di lapangan, bibit strawberry merespon lebih baik media tanam lokal daripada media tanam yang telah ditambahkan kembali dengan berbagai macam material organik. Berdasarkan gambar di bawah menunjukan daun baru tumbuh di minggu pertama dan berlanjut di pekan setelahnya. Sedangkan komposisi media tanam dengan pupuk kandang ayam ternyata mempercepat pembuahan, namun dengan jumlah daun yang jauh lebih sedikit.

Setelah pembungaan di minggu kedua, proses pembuahan terlihat di minggu ketiga. Kecepatan pembuahan pada media tanam lokal yang kami campur dengan pupuk kandang unggas, menjadi catatan khusus pagi kami. Hal ini ada beberapa kemungkinan yang kerap terjadi, tentang pendeknya daur hidup tanaman apabila dia terlalu cepat berbunga dan berbuah.

Di sisi lain media tanam lokal dengan komposisi pupuk kandang sekam dan tanah lokal serta humus bambu memberikan respon yang lebih menjanjikan bagi kami. Perpanjangan sulur strawberry lebih banyak pada komposisi ini. Sulur strawberry dapat kita manfaatkan untuk memperbenayak serta meremajakan tanaman agar tanaman strawbeery kita tetap lestari, serta berharap dapat berbunga dan berbuah sebagaimana mestinya.