Catatan Pekan Pertama: Mas Aditya Belajar Berkebun Bersama Teman Berkebun

Bulan ini hingga awal pekan bulan depan, kami mendapatkan kesempatan untuk bekerjasama dengan program pengentasan kemiskinan ekstrim bersama dengan Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang. Dari beberapa peserta dampingan dari program ini kami bertemu dengan Mas Aditya sebagai peserta yang berminat untuk mengembangkan bisnis pertanian di kampung halamannya di Provinsi Lampung. Untuk itu kami membuatkan program khusus belajar pertanian dengan menerapkan prinsip-prinsip permakultur selama kurang lebih satu setengah bulan. 

Kegiatan bersama mas Aditya dimulai pada pekan pertama yakni tanggal 2 – 6 Oktober 2023. Pada pekan ini, kami memberikan kesempatan kepada mas Aditya untuk pertamanya kali mengunjungi dua lokasi kebun dampingan kami yang akan menjadi lokasi pelatihan khusus untuk beberapa pekan kedepan. Dua kebon istimewa tersebut adalah: Kebun Qita, di Jl Kyai Saleh No. 13, Semarang, dan Kebun Konco Tani “Nurul Haq” di Sendangguwo, Tembalang, Semarang. 

Pada pekan ini, pembelajaran kami terfokus pada dasar-dasar pertanian organik, pengenalan prinsip-prinsip permakultur hingga mengenal potensi – potensi alam apa saja yang dapat menjadi penyokong dari keberlanjutan sebuah kebun dalam jangka panjang. Kegiatan ini dipandu oleh dua fasilitator yakni Mas Sany dan Mas Rengga. Karena kelas ini terfokus pada satu peserta kelas, kegiatan berjalan sangat hangat dan dekat sehingga komunikasi dua arah terjalin dengan begitu baik. 

Di pekan awal rangkainya pelatihan khusus ini, kami memfasilitasi pembelajaran seputar bagaimana kita membuat pola sebuah kebun permakultur, mengenal berbagai macam tanaman mulai dari tanaman musiman hingga tanaman perenial. Melihat pola alam yang kita terapkan di kebun yang kita dampingi dan belajar bagaimana membuat bedeng hugel. Lalu kita belajar tentang bagaimana sebuah bedeng dibuat untuk beberapa kali masa tanam. Mengenal berbagai macam instalasi pertanian organik yang dapat menunjang aktivitas di lapangan. Serta bagaimana kita mempersiapkan diri untuk membuat sebuah ekosistem bukan semata mata kebun yang sejuk dipandang mata. 

Tidak kalah penting adalah bagaimana kita mempersiapkan tanah yang akan kita tanami. Dengan metode pemuliaan tanah kita belajar bagaimana kita sebagai manusia melakukan intervensi seminimal mungkin dan biarkanlah alam yang menjalankan siklusnya. Mengenal berbagai macam metoda seperti pembuatan media tanam yang baik, lalu pembuatan pupuk kompos bokashi adalah salah satu cara kita untuk mengerti tentang kualitas tanah yang seperti apa yang ideal untuk dipergunakan di lahan pertanian organik. Selanjutnya kita mencoba untuk mewujudkannya di lahan yang sesungguhnya tidak dalam pot, polybag atau sejenisnya.

Hal yang kita lakukan di lahan kita adalah semata-mata cara kita berkomunikasi dengan alam sekitar. Tanah pada hakikatnya memiliki nutrisi yang lengkap untuk menunjang kehidupan di atasnya. Dengan adanya intervensi manusia kita pada hakikatnya kita sedang berdialog bahwa adalah kebutuhan yang perlu kita penuhi. Apabila kita berperilaku baik, alam tentu akan meresponnya dengan kebaikan pula. Karena di alam semesta ini hanyalah ada satu makhluk yang memiliki kepentingannya sendiri yakni kita, manusia.

Author