Catatan Pekan Ketiga: Memanen Potensi Nutrisi Tanaman dengan Mengompos

Nutrisi terbaik untuk tanaman kita adalah berasal dari tanaman-tanaman yang tumbuh subur di sekitarnya. Tanaman yang tumbuh di sekitar kebun kita secara liar sudah memiliki nutrisi yang lengkap yang dibutuhkan tanaman dalam setiap tahapan hidupnya. Kemampuannya untuk bertahan hidup telah diuji menghadapi kondisi lingkungkungan yang ada berikut dengan tantangan. Jika ditambahkan lagi biomassa yang berasal dari hewan ternak yang kita pelihara di sekitar kebun kita, mempercepat kita untuk mengambil kebaikan untuk membuat kebun kita semakin sehat dan relatif kebal terhadap OPT yang mengancam keberlanjutan kebun kita di masa yang akan datang.

Banyak yang tidak mengetahui bahwa nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman kita sejatinya sudah tersedia di alam sekitar. Namun, kita sebagai individu seperti terpenjara pada ketakutan yang kita buat-buat sendiri. Misalkan, tanaman yang tumbuh liar mengganggu tanaman produksi sehingga harus dibasmi, relik organik yang membusuk dapat berpotensi panas pada tanaman, dan tanahnya kurang subur dan lain sebagainya. Padahal kita hanya perlu mempelajari bagaimana mana alam memperlakukan tanaman yang tumbuh di sekitar lahan kita. Dari data di lapangan kita dapat kita prediksi apa saja potensi gangguan yang akan kita temui di lahan di masa depan.

Salah satu metode untuk memanen nutrisi-nutrisi penting yang tersedia di alam adalah melalui proses fermentasi mulai dari pembusukan dan komposting. Secara alami, relik organik di alam akan membusuk akibat mikroba dan bakteri yang hadir secara alami. Pembusukan yang terjadi sejatinya adalah proses alami bagaimana alam meregenerasi kehidupan dengan memberikan potensi nutrisi yang ada pada dirinya untuk makhluk hidup lain. Itulah yang menjadi alasan mengapa tumbuhan tetap akan tumbuh dibiarkan begitu saja. Dari sini kita memahami bahwa, alam memiliki keahlian untuk memulihkan kondisinya kembali.

Kegiatan mengompos bisa menjadi pondasi penting dalam membangun sebuah kebun. Ketika petani sudah paham akan potensi yang ada di sekitarnya maka bukan hal yang sulit baginya untuk menghadapi rintangan yang nanti dia akan temui. Biomassa yang biasanya berasal dari hewan ternak atau makhluk hidup juga dapat melengkapinya agar tanah yang sedang kita olah dapat mencapai pada suatu kondisi yang kita harapkan.

Pada pekan ketiga, kami mamandu Mas Aditya dalam mengenal berbagai macam metode pengomposan yang yang dapat diterapkan dalam skala rumahan atau lahan yang cukup luas. Dalam skala rumah tangga kita dalam memahami bahwa limbah organik yang ada di sekitar kita berpotensi untuk menutrisi tanaman yang sedang kita tanam. Sedangkan pada saat di lahan kita belajar apa saja bahan-bahan organik yang bisa kita manfaatkan untuk kita panen nutrisinya demi lebih menyuburkan tanah yang sedang kita oleh.

Salah satu metode yang kita lakukan adalah pengenalan metode pengomposan aerob yang cenderung mudah untuk diterapkan di kondisi apapun. Hanya berbekal embar yang sudah kita desain sesuai dengan kebutuhan kegiatan pengomposan ini bisa dilakukan. Apabila di lahan terbuka lobang pengomposan bisa disiapkan untuk menampung limbah organik pertanian yang dihasilkan. Tidak lupa untuk menambahkan mikroba aktif tambahan untuk mempercepat proses pengomposan.

Pembuatan Kolam Pengomposan di Lahan

Pengecekan kompos yang sedang kita produksi juga penting. Di tengah proses kita diperbolehkan untuk mengaduknya namun jangan terlalu sering terutama materi organik yang olah di lobang pengomposan karena berpotensi mengganggu populasi organisme di dalam tanah. Yang menandakan proses pengomposan terjadi adalah suhu yang mencapai sekitar 30 – 40 derajat celcius. Ini dapat kita rasakan dengan tangan kosong tanpa termometer dengan memasukan tangan kita ke dalam tumbukan limbah organik yang sedang kita olah.

Setelah kompos jadi, ditandai dengan bahan organik yang kita oleh telah hancur dan mendekati tanah berwarna coklat kehitaman. Pemakaian kompos ataupun pupuk organik padat lainnya perlu kita perhatikan. Jangan sampai porsi yang kita berikan ke lahan kita membuat lahan kita jenuh dan tanaman tidak mau menyerap kebaikannya. Dosis yang kita sarankan adalah dua minggu sekali paling tidak di masa vegetatif (peremajaan) dan sebulan sekali untuk perawatan pada fase generatif (pembungaan hingga pembuahan). Jika anda memiliki alat pengukur PH tanah, selalu pastikan kegiatan kita menambahkan pupuk organik ini tidak mengganggu tingkat keasaman yang ada di sekitar lahan yang kita olah, karena beresiko pada tingkat produktivitas untuk jangka panjang.

Author

  • Itsnani Mardlotillah

    I used to work as a Project Development specialist working with International networks such as CCIVS of UNESCO, NVDA, Africa Network, and Pan America, for more than 5 years. I am a multitasking person. I can be placed in several tasks. As a professional, I work independently as a bilingual writer (EN & ID), graphic designer, website developer, and collaborative freelance researcher. In 2017 I decided to establish my enterprise called Bhumi Horta. Now we have Bhumi Horta Ent or temanberkebun.com, Bhumi Media, and Bhumi Horta Foundation.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *